Museum Geologi Bandung jawa Barat
Kami mengajak anda untuk melihat
Sejarah Sejenak ...
Museum Geologi didirikan pada
tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA
(Japan International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum
Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati
Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah satu monumen
bersejarah, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan
peninggalan nasional. Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi
geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu
dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Sejarah
Masa Penjajahan Belanda
Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi
dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh
para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada pertengahan
abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar
industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di
wilayah Nusantara. Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri di Negeri
Belanda dapat ditunjang. Maka, pada tahun 1850, dibentuklah Dienst van het
Mijnwezen. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada
tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumberdaya
mineral.
·
Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh
batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan
dan penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun
gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama
Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum.
·
Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan
gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11
bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden.
Pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal
16 Mei 1929.
·
Peresmian tersebut bertepatan dengan
penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science
Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.
Pada Masa Penjajahan Jepang :
Sebagai akibat dari kekalahan
pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van
den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di
Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan
teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada
tahun 1942. Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya
tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah
kepengurusannya dan diberi nama KOGYO ZIMUSHO. Setahun kemudian, berganti nama
menjadi CHISHITSU CHOSACHO.
Selama masa pendudukan Jepang,
pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi: PETA
(Pembela Tanah Air) dan HEIHO (pasukan pembantu bala tentara Jepang pada Perang
Dunia II). Laporan hasil kegiatan pada masa itu tidak banyak yang ditemukan,
karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil penyelidikan) yang
dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan di mana-mana pada
awal tahun 1945.
Setelah Kemerdekaan :
Setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang
dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu
pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indiƫs
Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Tanjungpriuk,
Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah
dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan
Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8, Bandung,
pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh
gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan
kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi
mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di
Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan
lagi kantor yang bernama Geologische Dienst ditempat yang sama.
Di mana-mana terjadi pertempuran.
Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama 4 tahun
berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lainnya.
Pemerintah Indonesia berusaha
menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan
dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya,
Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen
tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam usaha penyelamatan
dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang
dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia
telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum
Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada
tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang
semula berada dibawah PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI (PDTG), berganti nama
menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi
(1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963),
Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978
- 2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang)
Seiring dengan perkembangan
zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang
senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun,
Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20 Agustus 2000. Pembukaannya
diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Ibu Megawati Soekarnoputri
yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang
Yudhoyono.
Dengan penataan yang baru ini
peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah
Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan
untuk koleksi dokumentasi, tersedia sarana penyimpan koleksi yang lebih
memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi akan dapat
lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup industri.
Sejak tahun 2002 Museum Geologi
yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT
Museum Geologi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, dibentuklah
2 seksi dan 1 SubBag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan SubBag
Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan perananya sebagai lembaga yang
memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara
lain penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survei penelitian untuk
pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.
Pergeseran fungsi museum, seirama
dengan kemajuan teknologi, menjadikan museum geologi sebagai :
·
Tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan
dengan bumi dan usaha pelestariannya.
·
Tempat orang melakukan kajian awal sebelum
penelitian lapangan. Dimana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu
kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk
kumpulan peraga.
·
Objek geowisata yang menarik.
No comments:
Post a Comment